Jundullah

Jundullah
tentara Allah

Senin, 26 Juli 2010

Masa Kemenangan Islam Dan Tersebarnya Ke Berbagai Penjuru


MASA DEPAN ISLAM

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai". [At-Taubah : 33].

Kita patut merasa gembira dengan janji yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijkasanaannya mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, masa Khulafaur Rasyidin, dan pada masa-masa khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana di isyaratkan oleh Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, melalui sabdanya :

"Artinya : Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya : 'Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya : "Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal ini itu telah sempurna (realisasinya)". Beliau menjawab : "Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh Allah".

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain. Saya telah mentakhrijnya di dalam kitab saya Tahdzirus Sajid Min Ittkhadzil Qubur Masajida [Peringatan Bagi Yang Sujud Untuk Tidak Menjadikan Makam Sebagai Masjid, hal : 122].

Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan masa kemenangan Islam dan tersebarnya ke berbagai penjuru. Dari hadits-hadits itu tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan, itu yang penting. Berikut ini akan saya tampilkan beberapa hadits yang saya harapkan dapat membakar semangat para pejuang Islam dan dapat dijadikan argumentasi untuk menyadarkan mereka yang fatalis tanpa mau berjuang sama sekali.

"Artinya : Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghimpun (mengumpulkan dan menyatukan) bumi ini untukku. Oleh karena itu, aku dapat menyaksikan belahan bumi Barat dan Timur. Sungguh kekuasaan umatku akan sampai ke daerah yang dikumpulkan (diperlihatkan) kepadaku itu".

Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (8/171), Imam Abu Daud (4252), Imam Turmudzi (2/27) yang menilainya sebagai hadits shahih. Imam Ibnu Majah (2952) dan Imam Ahmad dengan dua sanad. Pertama berasal dari Tsaubah (5/278) dan kedua dari Syaddad bin Aus (4/132), jika memang haditsnya mahfuzh (terjaga).

Ada hadits-hadits lain yang lebih jelas dan luas yaitu :

"Artinya : Sungguh agama Islam ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah itu, dengan memuliakan yang mulia dan merendahkan yang hina. Yakni memuliakan dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran".

Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok Imam yang telah saya sebutkan di dalam kitab At-Tahdzir (hal. 121). Sementara Imam Ibnu Hibban meriwayatkannya di dalam kitab Shahih-nya (1631, 1632). Sedang Imam Abu 'Arubah meriwayatkannya di dalam kitab Al-Muntaqa minat-Thabaqat (2/10/1).

Tidak diragukan lagi bahwa tersebarnya agama Islam kembali kepada umat Islam sendiri. Oleh karena itu mereka harus memiliki kekuatan moral, material dan persenjataan hingga mampu melawan dan mengalahkan kekuatan orang-orang kafir dan orang-orang durhaka. Inilah yang dijanjikan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Qubai. Ia menuturkan : "(Pada suatu ketika) kami bersama Abdullah Ibnu Amer Ibnu Al-Ash. Dia ditanya tentang mana yang akan terkalahkan lebih dahulu, antara dua negeri. Konstantinopel atau Rumawi. Kemudian ia meminta petinya yang sudah agak lusuh. Lalu ia mengeluarkan sebuah kitab." Abu Qubail melanjutkan kisahnya : Lalu Abdullah menceritakan : [1] "Suatu ketika, kami sedang menulis di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba beliau ditanya : "Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Rumawi ?. " Beliau menjawab : "Kota Heraclius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu". Maksudnya adalah Konstantinopel".

Hadit ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (II/176), Ad-Darimi (I/126), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Muhson (II/47, 153), Abu Amer Ad-Dani di dalam As-Sunanul Waridah fil-Fitan (hadits-hadits tentang fitnah), Al-Hakim (III/422 dan IV/508) dan Abdul Ghani Al-Maqdisi dalam Kitabul Ilmi (II/30). Abdul Ghani bahwa hadits ini hasan sanadnya. Sedangkan Imam Hakim menilainya sebagai hadits shahih. Penilaian Al-Hakim itu juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi.

Kata Rumiyyah dalam hadits di atas maksudnya adalah Roma, ibu kota Italia sekarang ini, sebagaimana bisa kita lihat di dalam Mu'jamul Buldan (Ensiklopedi Negara).

Sebagaiman kita ketahui, bahwa kemenangan pertama ada di tangan Muhammad Al-Fatih Al-Utsmani. Hal itu terjadi lebih dari delapan ratus tahun setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyabdakan hadits di atas. Kemenangan keduapun akan segera terwujud atas seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firman-Nya.

"Artinya : Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi". [Shaad : 88]

Tidak diragukan lagi bahwa kemenangan kedua mendorong adanya kebutuhan terhadap Khalifah yang tangguh. Hal inilah yang telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melalui sabdanya.

"Artinya : Kenabian telah terwujud di antara kamu sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Dia akan menghilangkannya sesuai dengan kehendak-Nya, setelah itu ada Khilafah yang sesuai dengan kenabian tersebut, sesuai dengan kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga sesuai dengan kehendak-Nya. lalu ada Raja yang gigih (berpegang teguh dalam memperjuangkan Islam), sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu ada seorang Raja diktator bertangan besi, dan semua berjalan sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan menghapusnya jika menghendaki untuk menghapusnya. Kemudian ada Khilafah yang sesuai dengan tuntunan Nabi. Lalu Dia diam".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/273). Kami mendapatkan riwayat dari Sulaiman bin Dawud Ath-Thayalisi, juga dari Dawud bin Ibrahim Al-Wasithi, Hubaib bin Salim, dan Nu'man bin Basyir yang mengisahkan, "kami sedang duduk di masjid. Basyir adalah seorang yang sering menyembunyikan haditsnya. Lalu datanglah Abu Tsa'labah Al-Khasyafi dan bertanya : Wahai Basyir bin Sa'id, apakah engkau menghafal hadits Rasul tentang Umara ? Tetapi kemudian, Khudzaifahlah yang justru menjawab : "Saya menghafal khutbahnya".

Mendengar itu kemudian Abu Tsa'labah duduk, sementara Khudzaifah selanjutnya meriwayatkan hadits itu secara marfu'.

Hubaib mengomentarai dengan menceritakan : "Tatkala Umar bin Abdul Aziz mulai tampil dan saya mengetahui bahwa Yazid bin Nu'am bin Basyir menjadi pengikutnya, maka saya menulis surat kepadanya, berisikan tentang hadist ini. Saya memperingatkan dengan mengatakan kepadanya : Saya berharap agar beliau (Umar bin Abdul Aziz) benar-benar bisa menjadi Amirul Mu'minin setelah adanya raja yang gigih memperjuangkan agama sebelum dia naik tahta. Lalu surat saya itu disampaikan kepada Umar bin Abdul Aziz. Dia merasa gembira dan mengaguminya.

Melalui sanad Ahmad, hadist itu juga dirwayatkan oleh Al-Hafidzh Al-Iraqi di dalam Mahajjatul-Ghurab ila Mahabbatil-Arab (II/17). Selanjutnya Al-Hafidz mengatakan :

"Status hadits ini shahih. Ibrahim bin Dawud Al-Wasithi dinilai tsiqah (baik akhlaknya dan kuat ingatannya) oleh Abu Dawud, Ath-Thayalisi dan Ibnu Hibban. Sedangkan perawi-perawi yang lain bisa dibuat hujjah di dalam menetapkan hadits shahih".

Yang dimaksud Al-Hafidzh ini adalah yang terdapat di dalam kitab Shahih Muslim, tetapi mengenai Hubaib oleh Al-Bukhari dinilainya dengan "fihi nadharun" (ungkapan yang menunjukkan masih diragukannya keabsahan seorang perawi). Sedanglan Ibnu Addi mengatakan : Dalam matan hadits yang diriwayatkannya (Hubaib) tidak terdapat hadits munkar (hadits yang ditolak), tetapi ia telah memutarbalik sanadnya (mudhtharib). Akan tetapi Abu Hatim, Abu Dawud dan Ibnu Hibban menilainya tsiqah. Oleh karena itu, setidak-tidaknya nilai haditsnya adalah hasan. Bahkan Al-Hafidzh menialinya La ba'sa bihi (Lafazh ta'dil tingkat ke empat). Perawi yang dinilai dengan lafazh pada tingkat ini haditsnya bisa dipakai, tetapi harus dilihat kesesuainya dengan perawi-perawi lain yang dhabit (kuat ingatannya), sebab lafazh itu tidak menunjukkan ke-dhabit-an seorang perawi. (penerjemah).

Hadits yang senada (Asy-Syahid) disebutkan di dalam musnad karya Ath-Thayalis (Nomor : 438) : "Saya diberi riwayat oleh Dawud Al-Wasithi -ia adalah orang yang tsiqah-, ia menceritakan : "Saya mendengar hadits itu dari Hubaib bin Salim. Tetapi dalam matan hadits tersebut ada yang tercecer matannya. Tapi kemudian ditutup (dilengkapi) dengan hadits dari Musnad Ahmad.

Al-Haitsami di dalam kitabnya Al-Majma' (V/189) menjelaskan : "Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sedangkan Al-Bazzar juga meriwayatkan, namun lebih sempurna lagi. Imam Ath-Thabrani juga meriwayatkan sebagian dalam kitabnya Al-Ausath dan perawi-perawinya adalah tsiqah".

Dengan demikian menurut saya, kecil sekali kemungkinannya hadits tersebut diriwayatkan oleh Umar bin Abdul Aziz, sebab masa pemerintahannya adalah setelah masa Khulafaur Rasyidin, yang jaraknya setelah dua masa pemerintahan dua orang raja. [2].

Selanjutnya hadits yang berisi tentang berita gembira dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai kembalinya kekuasaan kepada kaum Muslimin dan tersebarnya pemeluk Islam di seluruh penjuru dunia hingga dapat membantu tercapainya tujuan Islam dan menciptakan masa depan yang prospektif dan membanggakan hingga meliputi bidang ekonomi dan pertahanan. Hadits yang dimaksud adalah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum tanah Arab menjadi tanah lapang yang banyak menghasilkan komoditas penting dan memiliki pengairan yang memadai".

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/84), Imam Ahmad (2/703, 417), dan Imam Hakim (4/477), dari hadits Abu Hurairah.

Berita-berita gembira itu mulai terealisasi di beberapa kawasan Arab yang telah diberi karunia oleh Allah berupa alat-alat untuk menggali sumber air di dalam gurun pasir. Di sana bisa kita lihat adanya inisiatif untuk mengalirkan air dari sungai Eufrat ke Jazirah Arab. Saya membaca berita ini dari beberapa surat kabar lokal. Hal itu mungkin akan menjadi kenyataan. Dan selang beberapa waktu kelak, akan benar-benar terwujud dan bisa kita buktikan.

Selanjutnya yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan masalah ini adalah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Tidak akan datang kepadamu suatu masa, kecuali masa sesudahnya akan lebih buruk, sampai kalian bertemu dengan Tuhanmu, (yakni datangnya kiamat)".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al-Fitan, dari hadits Anas, secara marfu'.

Hadits ini selayaknya dipahami dengan membandingkan hadits-hadits lain yang terdahulu dan hadits lain (yang ada hubungannya). Seperti halnya hadits-hadits tentang Al-Mahdi dan turunnya Nabi Isa 'Alaihis sallam. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa hadits ini tidak mempunyai arti secara umum, tetapi mempunyai arti khusus (sempit). Oleh karena itu, kita tidak boleh memahaminya secara umum (apa adanya), sehingga menimbulkan keputusasaan yang merupakan sifat yang harus dibuang jauh dari orang mukmin. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". [Yusuf : 87].

Saya senantiasa memohon ke haribaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, semoga Dia berkenan menjadikan kita sebagai orang-orang yang benar-benar mukmin.

[Disalin dari buku Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah wa Syaiun Min Fiqhiha wa Fawaaidiha, edisi Indonesia Silsilah Hadits Shahih dan Sekelumit Kandungan Hukumnya, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 17-24, terbitan CV Pustaka Mantiq, penerjemah Drs.H.M.Qodirun Nur]
_________
Foote Note
[1] Perkataan Abdullah ini juga diriwayatkan oleh Abu Zur'ah di dalam bukunya Tarikhu Damsyiq (Sejarah Damaskus I/96). Di situ juga ditunjukkan bahwa hadits tersebut juga ditulis pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
[2] Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitabnya Al-Ausath yang bersumber dari Mua'adz bin Jabal secara marfu' adalah dha'if. Bunyinya adalah "Tiga puluh kenabian dan satu orang raja, dan tiga puluh raja dan satu Jaburut (raja bertangan besi) sedangkan setelah itu tidak ada kebaikan sama sekali".

Kemenangan Islam di Syam, Iraq, dan Yaman

Agama Islam akan di jaga oleh pemiliknya Allah Azza Wa Jalla, sampai akhir zaman. Tak perlu dikawatirkan. Sekalipun orang-orang kafir berusaha menghapus agama Allah ini. Tapi, tak pernah mereka berhasil mewujudkannya. Karena, Islam adalah agama fitrah yang sudah menjadi bagian hidup manusia. Keruntuhan manusia yang tidak menerima agama Allah ini, menggambarkan bukti dari keotentikannya. Dan, Islam terus berkembang di seluruh penjuru alam, dan manusia berbondong-bondong masuk agama Allah itu.
Ketika awal da’wah yang disampaikan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam di jazirah Arab, banyak yang menolak ajakannya, dan tidak sedikit yang terang-terangan menentangnya. Bahkan, diantara mereka ada yang memerangi Rasulullah. Tapi, da’wah yang disampaikan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam terus berjalan, tak pernah berhenti, karena tindakan orang-orang kafir yang menentangnya. Maka, satu demi satu wilayah yang jauh dari Madinah, kemudian menerima da’wah Rasulullah, dan mereka masuk Islam. Sampai seluruh semenanjung Arab ‘bertaslim’ masuk ke dalam agama Allah. Inilah da’wah yang dilakukan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa salam.
Sampai suatu ketika, Al-Irbad bin Sariyah meriwayatkan dari Nabi Shallahu alaihi wa salam, bahwa beliau berkhotbah dihadapan kaum muslimin, “Wahai manusia. Tak lama lagi, kalian akan menjadi tentara di kirim ke pelbagai wilayah,yaitu tentara yang berjuang di Syam, tentara yang berjuang di Iraq, dan tentara yang berjuang di Yaman”. Kaum muslimin menyambutnya dengan penuh suka cita. Mereka akan menjadi para pembebas, yang membebaskan wilayah-wilayah yang luas, dan nantinya menjadi bagian wilayah Islam, yang sudah dibebaskan.
Mendengar khotbah Rasulullah shallahu alaihi was salam, Ibnu Hawalah berkata : “Ya Rasulullah, jika akau sampai pada masa itu, pilihkan untukku, ke kelompok tentara yang berangkat ke mana sebaiknya aku ikut?”. Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa salam, bersabda : ”Aku memilihkan Syam untukmu, karena Syam adalah pilihan kaum muslimin dan negeri pilihan Allah. Dia mengumpulkan di sana makhluk-Nya yang terpilih. JIka enggan ke sana, hendaknya pergi ke Yaman. Dan, diberi minum dengan gidirnya. Karena hal itu juga mencukupi (setara)bagiku, dari Syam dan penduduknya”. (HR.Ath-Thabrani dan al-Bazzaar). Kala itu, yang dimaksudkan oleh Baginda Rasulullah shallahu alaihi wa salam, negeri Syam, tak lain adalah wilayah Palestina, dan sekitarnya, yang sekarang termasuk Syria, Palestina, Lebanon, Yordania. Betapa, Rasulullah shallahu alaihi wa salam, menjajikan tempat yang mulia untuk berjuang membela agama-Nya, di tanah yang merupakan pilihan dalam menegakkan jihad.
Rasulullah shallahu alaihi wa salam menyinggung mengenai masa depan Islam dan kaum muslimin, yaitu Islam akan menyebar luas ke setiap penjuru bumi, bahwa ‘futuhat’ Islam akan berderap susul menyusul dan mengetuk pintu Syam, Iraq, dan Yaman. Kelak, yang diprediksikan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa salam itu, terbukti. Dan, wilayah-wilayah yang luas itu, mulai dari Syam (Palestina) sampai ke Iraq, dan Yaman, semuanya menerima Islam. Tidak ada lagi wilayah yang tidak tersentuh oleh Islam, dan da’wah Rasulullah shallahu alaihi wa salam.
Allah Ta’ala berfirman : “ Dan, tiadalah yang diucapkannya yaitu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (al-Qur’an : An-Najm :3-4).
Semua itu tidak terwujud kecuali, karena perjuangan yang sangat gigih para pejuang Islam, yang denggan ikhlas menjual diri dan harta mereka demi Allah untuk menyebarkan agama-Nya, dan meneguhkan pilar-pilarnya. Kemenangan-kemenangan Islam yang terus berlangsung di seluruh wilayah jazirah Arab, sampai ke wilayah biladul Syam, tak mungkin dapat terjadi, kecuali mereka telah menceraikan dunia sebagai pemilik tujuan yang tinggi, yaitu menjdi para mujahidin di jalan Allah, agar mereka meraih salah dari sua hal yang terbaik, yaitu kemenangan atau mati syahid. Sehingga, mereka menjadi penghuni surge. Surga dibawah naungan pedang. Mereka yang telah menceraikan kenikmatan dunia, dan berjihad di jalan Allah, membela agama-Nya, dan meninggalkan segala pengaruh dunia, yang sangat tidak berarti bagi orang-orang mukmin, yang mendambakan kemuliaan kehidupan di akhirat.
Kemenangan-kemenangan dan penaklukan diraih oleh kaum muslimin, hingga akhirnya cinta dunia menguasai hati banyak kaum muslimin. Kemudian, mereka sudah tersungkur dalam pelukan kenikmattan dunia, menjadi hina, dan tidak ditakuti lagi oleh musuh-musuh Islam, atau orang-orang kafir. Cinta dunia yang menjadi tujuah hidup mereka itu, menjadikan kaum muslimin lalai dari Allah dan jihad di jalan-Nya, dan akhirnya keadaan menjadi sangatlah menyedihkan. Seperti kondisi hari ini yang dialami kaum muslimin, yang menjadi hina dina, serta bercerai-berai dikalahkan oleh musuh-musuhnya, karena mereka telah meninggalkan jihad.
Peristiwa yang menyedihkan ini, akibat dari kebanyakan negeri Islam yang dahulu bendera Islam berkibar di sana, dan dari menara-menara masjidnya dikumandangkan adzan, sekarang ini tidak ada lagi hubungannya dengan Islam, dan kaum muslimin. Seperti negeri-negeri Islam, yang ada sekarang ini, di kawasan Timur Tengah, yang para pemimpinnya, terutama para Raja, Presiden, dan Sultan, sudah terbalut dengan kemewahan dunia, dan tidak lagi memikirkan Islam, dan jihad melawan musuh-musuh Islam, yang sekarang terang-terangan menghancurkan Islam. Semua ini tidak terjadi kecuali karena cinta dunia.
Dalam sebuah hadist yang disabdakan Rasulullah : “Bukan kemiskinan yang aku kawatirkan atas kalian. Yang aku khawatirkan adalah kalau dunia dilimpahkan kepada kalian, sebagaimana dilimpahkan kepada orang-orang yang sebelum kalian, lalau kalian bersaing memperebutkannya, sebagaimana mereka dahulu memperebutkannya, dan akhirnya dunia itu membuat kalian hancur, sebagaimana telah membuat mreka hancur”. (HR. Buchari dan Muslim).
Kaum muslimin tak pernah mendapatkan kemuliaan dan kejayaan, selama mereka mencintai dunia, dan mereka akan hina dibawah telapak kaki kenikmatan dunia. Wallahu ‘alam.